Thursday, July 4, 2013

Catatan Kecil dari Luar Angkasa

Pada suatu malam yang sangat biasa saja. Di tengah usahanya melahirkan ngantuk, tersebutlah seorang pemuda lugu yang terbiasa menghayal menjelajahi angkasa raya. Pemuda yang tiba-tiba saja merasa ingin mengintip gugusan galaksi favorit nya yang dari bentuknya ternyata mengingatkannya pada bekas luka kecil di paha mantan pacarnya. Ditengah malam yang sepi itu dia meraih sesuatu. Kotak tipis yang mengaku berteknologi ciptaan bangsa Jepang yang memuja pusat gravitasi galaksi bimasakti, negara pemuja matahari yang seakan berada jauh sekali di depan dalam pertarungan kecanggihan teknologi antar bangsa.

Ditengah proses mengetik url di browser tab coloumn nya tiba-tiba ia mendengar sesuatu yang bergerak diluar jendelanya. Dia menyalahkan kondisi badannya yang ternyata sudah terlalu lelah akibat marathon pertamanya yang diselesaikannya dengan posisi ketiga dari belakang. Seperti biasa, dia selalu tertinggal jauh dari siapapun.
Badannya terlalu lelah untuk bangun dan  mengintip ke luar jendela tentang apa yang bersuara.
Dia segera menyalakan sebuah aplikasi voice recognition untuk merekam suara tersebut dan mempublishnya di jaringan sosial yang dibangunnya.

Tak lama kemudian respon berdatangan. Respon pertama berasal dari pemudi jelita fashionista yang mengatakan bahwa suara yang didengarnya adalah suara seekor hewan kucing yang sedang melampiaskan kebutuhan kebinatangannya kepada lawan jenis kelaminnya. Untunglah pemudi tersebut mengakhiri komen nya dengan mengatakan bahwa kemungkinan kucing untuk menjadi binatang homosexual sangat kecil sekali.

Respon kedua berasal dari sahabat dekat yang ternyata berujung menceritakan pengalamannya bermain cinta dengan seorang penulis ternama ibukota, kemarin malam. Pemuda lugu itu tiba-tiba terkesiap teringat tentang ritual pamer imajiner yang biasa mereka lakukan setiap bertemu.

Respon terakhir datang ditengah pertanyaan tentang faktual kepada sang sahabat. Berisi rujukan kepada salahsatu website pengumpul suara aneh di kegelapan.

Pemuda lugu seakan berubah menjadi professor ultrasonologi yang seperti habis disuntik adrenalin melalui syaraf indera penglihatannya.

Kantuk berubah menjadi penasaran. Terlihat si pemuda lugu tersebut seperti melakukan kegiatan memuja dalam mengekspresikan rasa penasaran yang tiba-tiba membanjir.

Teknologi seakan mengakibatkan manusia ingin mengevolusi hitungan satuan waktu yang diterapkan. Tak ada dalam manual manapun yang menjelaskan tentang proses terjadinya rasa penasaran, curiousity disaat menunggu  kantuk.

Pemuda lugu tersebut menghabiskan sisa waktu kegelapannya dengan menyentuh-nyentuh layar bersinar itu.

---

Sesekali kudengar bunyi sinyal tanda waktu terang akan datang.

Aku menghela nafas panjang pertanda kebosanan.

Gagal sudah tugas kesekianku yang diberikan oleh Tuhan untuk menghembuskan mimpi indah pemberi solusi terbaik berbalut ambigu, kepada manusia.

Matahari hampir terlihat diujung sana.

Aku bergegas, takkan pernah lagi aku terlambat dalam perjalanan kembali ke atas. Lampu indikator merah yang tertanam di lengan kiriku menyala saat aku mendekati bahtera penjemput.

Kutinggalkan pemuda lugu professor universitas google itu dengan kepakan kecil yang ternyata hampir membuat seorang kepala desa terbangun terkejut.



No comments:

Post a Comment