Wednesday, February 6, 2013

Toko Buku Pertama

Saya tak pernah mengingat dengan pasti sejak umur berapakah saya dikenalkan dengan yang namanya toko buku. Seingat saya pada jaman dahulu kala ketika imajinasi masih setara dengan memilih antara saos cabe dan saos tomat. Saya adalah seorang anak satu-satunya di keluarga. Mempunyai seorang adik kecil yang berjarak umur 10 tahun membuat saya menikmati menyandang gelar "semata wayang" selama 10 tahun. Dan dalam waktu 10 tahun itulah saya rasa yang turut membentuk rancangan konstruksi bangunan pola pikir saya yang terlihat berbelit ala birokrat.

Ibu dan Bapak saya adalah sepasang pegawai negri yang dipertemukan ketika berada di kantor mereka. Mereka jatuh cinta diantara tumpukan berkas dan seragam dinas. Jadi bisa dibilang saya adalah murni buah dari benih yang disemai dalam sistem satu institusi. Ada beberapa hal yang paling saya ingat mengenai cara perlakuan kedua orang-tua saya ketika saya masih kecil yang sampai sekarang meninggalkan sekelebat kecil memori.

Salah satunya tentang pemilihan sebentuk buku sebagai hadiah yang spesial ketimbang mainan robot-robotan. Dahulu sekali, sewaktu hiburan akhir pekan seorang anak kecil yang mengidolakan batman masih berupa makan malam di restoran fast food dan satu buah bangunan plaza mungil. Terdapat sebuah toko buku kecil yang letaknya nyempil di pojokan plaza dekat dengan pintu keluar paling belakang. Nama toko buku nya saya lupa karena entah berapa kali mereka mengganti nama. Tapi seingatan saya mereka pernah memakai nama "obor". Toko buku itulah yang mengenalkan saya kepada dunia komik GI-Joe yang canggih (pada masa-nya). Peter parker dengan kamera nya. Chinmi si pendekar mabuk dengan monyet kecilnya yang juga sering mabuk. Sampai cerita heroik nan legendaris Three Kingdom dari dataran China. Kesemuanya dalam bentuk komik.

Sampai pada suatu saat saya pernah dihadapkan suatu jeda waktu ketika ditinggal oleh Bapak yang harus diklat ke jakarta. Saya ditinggal dirumah menjaga Ibu. Walaupun memang ada seorang pengasuh juga yang menemani Ibu dan saya. Tapi ternyata Bapak mengamanahkan langsung sebuah tugas mulia pertama saya untuk menjaga Ibu. Tugas tersebut berlabel sangat segera dan penting dengan laporan mingguan yang harus saya sampaikan ketika bapak menelpon ke rumah di akhir pekan. Dan saya melaksanakan Tugas itu dengan baik, menurut bapak. Terlihat dari hasil yang saya dapatkan ketika Bapak pulang kerumah. Bapak membawa sebuah bingkisan lebar tidak terlalu tebal khas buku cerita jaman dulu. Saya ingat pernah melirik malu-malu kearah barang bawaan bapak ketika menjemput bapak di bandara. Dan bapak sengaja menggoda saya dengan memperlihatkan sedikit tanda bahwa bingkisan itu adalah hadiah buat saya. Bingkisan tersebut berisi sebuah buku cerita yang ternyata mempengaruhi pola imajinasi saya sampai sekarang. Berjudul "Kumpulan Dongeng Andersen." Oleh Hans Christian Andersen.

Bukan sebuah buku yang fenomenal memang. Juga bukan buku yang mempengaruhi dunia. Cenderung tak wajar dan tak masuk ke logika. Tapi ternyata nampaknya secara jelas telah mempengaruhi saya.

Cerita tentang seekor itik buruk rupa mengajarkan saya untuk tidak melihat bentuk dalam melebarkan lingkaran sosial. Bisa dilihat dari bentuk makhluk-makhluk yang berlabel "teman" saya yang mempunyai banyak bentuk. Saya memilih untuk mempunyai berbagai macam teman. Mulai dari yang cantik ganteng bak seorang pemain film sampai seorang office boy yang pernah saya ajak naik gunung. Cerita tentang prajurit berkaki satu dan raja yang telanjang mengajarkan saya bahwa hidup memang tidak harus sempurna dan mudah. Adakalanya memang datang sebuah masalah yang menamakan dirinya dengan berbagai bentuk. Cerita tentang gadis penjual korek api yang mati tersenyum juga mengajarkan untuk mempunyai tingkat simpati yang tingginya hanya Tuhan yang boleh tahu. Semenjak buku itu saya kenal, seingat saya toko buku mengambil tempat menjadi pilihan utama acara liburan akhir pekan saya dengan Bapak dan Ibu.

#7HariMenulis

2 comments:

  1. kalo pacar pertama gimana bang? emaap... *kemudian mlipir ke toko buku*

    ReplyDelete
  2. gue banget lah ini.. hidup cuma numpang mampir ke toko buku :D

    ReplyDelete