Friday, December 14, 2012

the man who have nothing.

Sebentar lagi telephone seluler terbaru keluaran appl* dirilis penjualannya di Jakarta. Dan menurut seorang teman saya yang cukup up-to-date memperhatikan gejala sosial di media; banyak orang yang mengantri demi mendapatkan perangkat seluler yang harganya ngabisin gaji 2 bulan saya tanpa potongan absen itu. Bisa jadi teman saya tersebut mungkin cuma mensyukuri hidupnya yang tidak ikut-ikut an ngantri. Karena menurut saya untuk mendapatkan produk itu dan harus ngantri adalah hal yang sia-sia. Bukannya manusia butuh waktu untuk istirahat dan berimajinasi?

kenapa sia-sia?

pertama, benda itu bukan benda primer dalam kehidupan. Walaupun mungkin ada yang beranggapan bahwa perangkat seluler adalah kebutuhan utama dalam kehidupan. Dalam pelajaran yang dulu pernah saya terima di sekolah. Kebutuhan primer manusia itu cuma; makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Selebihnya adalah kebutuhan tambahan seiring berjalannya waktu.

kedua, hidup dengan perangkat elektronik yang super canggih tidak akan memperbaiki kualitas hidup. Kecuali tujuan hidup makhluk tersebut cuma untuk pamer dan terlihat beda. Bukankah lebih banyak akun sosial media yang kita punya malah semakin menjauhkan kita dengan kenyataan hidup diluar internet. Banyak sekali contoh dari lingkungan pertemanan saya yang menunjukkan gejala lebih menyenangkan melihat dia di internet ketimbang bertemu-muka langsung. Jangan pernah menilai orang atas aktifitasnya di sosial media. Berapa banyak dari kita yang ketika bertemu di kafe atau restoran cozy lalu menyimpan perangkat selulernya kemudian menikmati obrolan yang tidak bisa dirasakan di internet. Saya biasanya selalu menertawakan apabila melihat sekumpulan orang yang terlihat lebih asik dengan perangkat selulernya ketimbang obrolan di meja kafe nya.

ketiga, teknologi gak akan pernah berhenti. Setiap perkembangannya pasti diikuti dengan keluarnya produk-produk canggih yang terlihat akan sangat menyenangkan bila memilikinya. Itulah sebabnya mugkin manusia di cap sebagai makhluk yang gak pernah puas. Ini juga lah mungkin yang dinamakan dengan "nafsu" dalam agama islam. Menahan diri dan mengalihkan pikiran untuk hal-hal menarik lainnya yang lebih bercerita mungkin akan sangat membantu dalam meredam nafsu materialis tersebut.

Satu hal. Kepemilikan atas barang canggih hanya akan memperbesar ketakutan kita. Banyak hal yang lebih penting daripada kemajuan teknologi yang dirasa harus dinikmati. Keterbukaan pikiran dan empathy adalah salah duanya.

No comments:

Post a Comment